Minggu, 02 Februari 2014

Browse Manual » Wiring » » » » » » Rahsia Sebenar Asal usul AIDS

Rahsia Sebenar Asal usul AIDS

Rahsia Sebenar Asal-usul AIDS


1.Tidak sedikit orang yang sudah mendengar teori bahwa AIDS adalah ciptaan manusia. Menurut The New York Times yang terbit 29 Oktober 1990, tiga puluh persen penduduk kulit hitam di New York City benar-benar percaya bahwa AIDS adalah “senjata etnis” yang direka di dalam laboratorium untuk membunuh puak kulit hitam. Sebagian orang menganggap teori konspirasi AIDS dipercaya dibandingkan teori monyet hijau Afrika yang dilontarkan para pakar AIDS. Sebenarnya sejak tahun 1988 para peneliti telah membuktikan bahawa teori monyet hijau tidaklah benar. Namun kebanyakan edukator AIDS terus menyampaikan teori ini kepada publik hingga sekarang. Dalam liputan-liputan media tahun 1999, teori monyet hijau telah digantikan dengan teori simpanse di luar Afrika. Simpanse yang dikatakan merupakan asal-usul penyakit AIDS ini telah diterima sepenuhnya oleh komunitas ilmiah.

Teori Monyet Hijau

2. “Pokok keturunan” filogenetik virus primata (yang hanya dipahami segelintir orang saja) ditampilkan untuk membuktikan bahwa HIV diturunkan dari virus primata yang berdiam di semak Afrika. Analisis data genetika virus ditunjukkan melalui “supercomputer” di Los Alamos, Mexico, menunjukkan bahwa HIV telah “melompati spesies’, dari simpanse ke manusia sekitar tahun 1930 di Afrika.

Catatan penting: Los Alamos kebetulan saja merupakan sentra pembuatan bom nuklir, tinjauan persekutuan mata-mata Cina, dan laboratorium tempat dilakukannya eksperimen rahasia radiasi manusia terhadap penduduk sipil yang tidak merasa curiga. Eksperimen ini telah dilakukan sejak tahun 1940-an hingga awal epidemik AIDS.

Eksperimen Hepatitis B Pra-AIDS kepada lelaki Gay (1978-1981)

Ribuan gay mendaftar sebagai manusia percobaan untuk eksperimen vaksin hepatitis B yang “disponsori pemerintah AS” di New York, Los Angeles, dan San Fransisco. Setelah beberapa tahun, kota-kota tersebut menjadi pusat sindrom defisiensi kekebalan golongan gay, yang belakangan dikenal dengan AIDS. Di awal 1970-an, vaksin hepatitis B dikembangkan di dalam tubuh cimpanse. Sekarang haiwan ini dipercayai sebagai asal-usul berevolusinya HIV. Banyak orang masih merasa takut mendapat vaksin hepatitis B lantaran asalnya terkait dengan gay dan AIDS. Para doktor senior mengingatkan bahawa eksperimen vaksin hepatitis awalnya dibuat dari kumpulan serum darah para homoseksual yang terinfeksi hepatitis.

Kemungkinan besar HIV “masuk” ke dalam tubuh gay selama uji coba vaksin ini. Ketika itu, ribuan homoseksual disuntik di New York pada awal 1978 dan di kota-kota pesisir barat sekitar tahun 1980-1981.

Apakah jenis virus yang terkontaminasi dalam program vaksin ini yang menyebabkan AIDS? Bagaimana dengan program WHO di Afrika? Bukti kuat menunjukkan bahwa AIDS berkembang tak lama setelah program vaksin ini. AIDS merebak pertama kali di kalangan gay New York City pada tahun 1979, beberapa bulan setelah eksperimen dimulai di Manhattan. Ada fakta yang cukup mengejutkan dan secara statistik sangat signifikan, bahwa 20% pria gay yang menjadi sukarelawan eksperimen hepatitis B di New York diketahui mengidap HIV positif pada tahun 1980 (setahun sebelum AIDS menjadi penyakit “rasmi’). Ini menunjukkan bahwa lelaki Manhattan memiliki kejadian HIV tertinggi dibandingkan tempat lainnya di dunia, termasuk Afrika, yang dianggap sebagai tempat kelahiran HIV dan AIDS. Fakta lain yang juga menghebohkan adalah bahwa kes AIDS di Afrika yang dapat dibuktikan baru muncul setelah tahun 1982. Sejumlah peneliti yakin bahwa eksperimen vaksin inilah yang berfungsi sebagai saluran tempat “berjangkitnya” HIV ke populasi gay di Amerika.

Umum diketahui bahwa di Afrika, AIDS berjangkit pada orang heteroseksual, sementara di Amerika Syarikat AIDS hanya berjangkit pada kalangan gay. Meskipun pada awalnya diberitahukan kepada umum “tak seorang pun kebal AIDS”, faktanya hingga sekarang ini (20 tahun setelah kes pertama AIDS), 80% kes AIDS baru di Amerika Syarikat berjangkit pada gay, pecandu narkotika, dan pasangan seksual mereka. Mengapa demikian? Tentunya HIV tidak mendiskriminasi preferensi seksual atau ras tertentu. Apakah benar demikian?

Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar